Universitas Stikubank (UNISBANK) Semarang

Tren “Slow Living” & Digital Detox: Pelarian dari Tekanan Hidup Modern

Di tengah cepatnya arus kehidupan modern yang dipenuhi dengan notifikasi tanpa henti, jadwal padat, dan tekanan untuk selalu produktif, muncul sebuah tren yang menjadi bentuk perlawanan: slow living dan digital detox. Keduanya menjadi simbol keinginan banyak orang untuk kembali pada hidup yang lebih tenang, seimbang, dan bermakna.

Apa Itu Slow Living?

Slow living bukan berarti hidup dengan lamban, melainkan hidup dengan kesadaran penuh. Filosofi ini mendorong kita untuk menikmati proses, bukan hanya mengejar hasil. Alih-alih multitasking, slow living mengajarkan kita untuk melakukan satu hal dengan sepenuh hati.

Contohnya bisa sesederhana menikmati secangkir teh tanpa membuka ponsel, atau meluangkan waktu untuk berjalan kaki tanpa tujuan selain menikmati suasana. Gerakan ini menjadi bentuk kritik terhadap budaya hustle yang identik dengan kelelahan dan stres kronis.

Digital Detox: Melepaskan Diri dari Dunia Virtual

Digital detox adalah praktik mengurangi atau menghindari penggunaan perangkat digital—terutama ponsel, media sosial, dan komputer—dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya bukan sekadar berhenti online, tapi memberikan ruang bagi pikiran untuk bernapas.

Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi digital berlebihan dapat meningkatkan kecemasan, mengganggu tidur, dan mengurangi kualitas hubungan sosial. Melalui digital detox, seseorang bisa memulihkan perhatian, meningkatkan fokus, dan memperkuat koneksi nyata dengan orang-orang di sekitar.

Mengapa Tren Ini Semakin Populer?
  1. Kelelahan Mental
    Banyak orang merasa lelah dengan kecepatan hidup yang serba instan. Slow living menawarkan jeda, ruang untuk bernapas di tengah kebisingan dunia.

  2. Kebutuhan Akan Keseimbangan
    Masyarakat mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan mental, bukan hanya pencapaian materi.

  3. Krisis Makna
    Kehidupan digital yang serba cepat kadang meninggalkan kekosongan. Slow living dan digital detox membantu kita kembali menemukan makna melalui kehadiran penuh di momen saat ini.
Cara Memulai: Langkah Kecil, Dampak Besar
  • Matikan notifikasi yang tidak penting.

  • Jadwalkan waktu offline, misalnya satu hari tanpa media sosial.

  • Luangkan waktu untuk aktivitas sederhana: memasak sendiri, berkebun, membaca buku fisik.

  • Latih mindfulness melalui meditasi atau menulis jurnal.

Slow living dan digital detox bukanlah tren sementara, melainkan sebuah respons sehat terhadap dunia yang terlalu cepat. Di tengah tekanan hidup modern, kita diajak untuk kembali ke hal-hal dasar: hadir, merasakan, dan menghargai waktu yang kita miliki. Mungkin, justru dengan memperlambat langkah, kita bisa sampai pada hidup yang lebih utuh.