Skip links

Unisbank Semarang Optimalkan Pasar Digital di Jawa Tengah, Gandeng Generasi Pesona Indonesia

Kendeng, Pasar digital merupakan ide kreatif yang banyak diminati masyarakat dewasa ini. Selain unik dan menarik, pasar digital dinilai mampu mengangkat nilai-nilai kearifan lokal masyarakat. Contohnya Pasar Karetan di Kabupaten Kendal yang menggunakan alat tukar tempo dulu sebagai bagian dari transaksi.

Hal itu diungkapkan Wakil Rektor IV Universitas Stikubank (Unisbank) Semarang, Dr. Elen Puspitasari, M.Si, Minggu (10/3/2019).

Mengoptimalkan hal tersebut, Unisbank Semarang bersama Generasi Pesona Indonesia menggelar pembekalan pelatihan kewirausahaan berbasis pariwisata di Unisbank Kampus Kendeng Kota Semarang, Rabu (6/3/2019) hingga Sabtu (9/3/2019).

Menurut Elen, pasar tradisional saat ini menuju senjakala, dikarenakan menjamurnya minimarket dan cara belanja online yang lebih kekinian dan menarik. Cara agar pasar tradisional terus mendapat hati di masyarakat adalah memodifikasinya seunik mungkin. “Satu di antaranya dengan membikin konsep pasar digital,” paparnya.

Ada beberapa pasar digital di Jawa Tengah. Misalnya Pasar Karetan Kabupaten Kendal dan Pasar Tinjomoyo Kota Semarang. Konsepnya, menurut Elen sangat menarik.

Apabila Pasar Karetan menggunakan alat tukar pembayaran ala tempo dulu, Pasar Tinjomoyo menggunakan alat tukar pembayaran kekinian, misal non tunai.

Elen berharap, mahasiswa Unisbank Semarang memperoleh pengalaman menarik untuk turut serta mengembangkan destinasi wisata digital di daerahnya. “Meski dikonsep kekinian, jangan membuang nuansa tradisional di pasar tersebut,” paparnya.

Pengelola Pasar Karetan Kendal, Diah Ariani mengamini hal tersebut. Menurut Diah, Pasar Karetan memang didesain agar masyarakat bisa melakukan aktivitas jual beli seperti di pasar tradisional, tetapi dengan cara yang lebih kekinian.

Di pasar tersebut, lanjutnya, pengunjung pasar disuguhkan permainan atau game yang menarik, titik foto unik bagi masyarakat yang gemar update foto di media sosial hingga cara pembelian yang tidak menggunakan uang layaknya pasar umum, namun dengan alat pembayaran berupa girik.

“Inilah yang dinilai mengesankan dan menarik lebih banyak pengunjung,” terang dia.

Ketua Genpi Kedungsepur Vega Viditama menyampaikan, saat ini di Indonesia ada 55 pasar digital yang beroperasi secara rutin. Lima di antaranya beroperasi sejak 2017 lalu. Ia pun mengajak partisipasi mahasiswa untuk terlibat dan mengembangkan destinasi pasar digital di Indonesia lebih jauh.